Senin, 29 Desember 2008

Kehidupan Sang Pendiri Aikido [3]

Tulisan berikut diambil dari artikel berjudul "Founder Of Aikido" karya Doshu Kisshomaru Ueshiba yang dipublikasikan secara berseri dalam aiki news edisi 30 (bulan August 1978) sampai edisi 71 (bulan Juni 1986). Tercatat terdapat 42 seri tulisan mengenai kehidupan keseharian sang pendiri Aikido, Morihei Ueshiba. Dan berikut adalah beberapa nukilan kisah hidup sosok yang mendedikasikan hidupnya untuk beladiri tersebut.

Kali ini, kita akan membicarakan masa muda pendiri Aikido, Morihei Ueshiba atau O-sensei (Great Teacher). O-sensei lahir pada tanggal 14 Desember 1883 (atau tanggal 16 November menurut penanggalan Jepang lama). Rumah tempat beliau lahir (yang sempat rusak), dibangun kembali pada tahun 1910 dan masih berdiri hingga saat ini. Rumah itu terletak di 441 Nishontani-mura, Nishimuro-gun, Wakayama-ken (mungkin bisa diartikan sebagai: Desa Nishontani nomer 441, Kecamatan Nishimuro, Kabupaten Wakayama). Keadaan rumah itu masih sama seperti saat beliau dilahirkan, dengan sumur dan juga sebuah kuil Kumano Gongenbun di belakang rumah.

Meski Ueshiba kecil tidak memiliki badan terlalu kuat, tapi semangatnya yang menggebu-gebu untuk mempelajari sesuatu sudah terlihat. Saat masih anak-anak, seringkali tiba-tiba ia merasa tidak enak badan dan wajahnya mendadak pucat. Ia pun lantas memutuskan untuk berbaring dan beristirahat. Namun, saat mendengar waktu belajar tiba, ia pun segera bangkit dan berteriak "us" atau "u".

Menurut cerita para tetua desa itu, O-sensei pertama kali bersentuhan dengan aktifitas fisik saat ia belajar menombak dari seorang nelayan bernama Shingo Suzuki. Sebagai seorang pemuda, dia banyak menghabiskan waktunya mempelajari seni menombak ikan. Saat inilah, kecintaan O-sensei terhadap tombak mulai muncul. Sehingga bukan suatu hal yang aneh, jika Sojutsu (teknik tombak) merupakan teknik favorit O-sensei setelah Taijutsu (teknik tangan kosong).

Saat menginjak usia 20-an, O-sensei juga mulai melakukan ritual Misogi (mengguyurkan air laut ke arah kepala, dengan tujuan menjernihkan tubuh dan pikiran). Ritual ini juga menjadi salah satu bentuk aktivitas yang beliau sukai, bahkan banyak penduduk desa yang melihat O-sensei tetap menjalankan ritual tersebut, meski berada di tengah tikaman dinginnya musim salju.

Kondisi daerah itu pada tahun 1880-an, tentu sangat berbeda dengan saat ini. Dahulu, perkampungan itu banyak dihuni oleh para petani dan nelayan. Dan keluarga Ueshiba merupakan salah satu dari sekian banyak petani di wilayah itu.

Saat masih kecil, O-sensei merupakan anak yang berbadan lemah. Hal itu lebih banyak disebabkan oleh rasa kasih sayang yang berlebihan dari kedua orang tuanya, atau menurut bahasa sekarang dikenal sebagai istilah over-protective.

Kondisi badan O-sensei kecil dapat dilihat dari penggambaran adik perempuannya, Kiku.
"Saat masih kecil badan kakak tidaklah terlalu kuat, tapi dia mempunyai ingatan yang sangat baik. Satu kali saja dia mendengat tentang sesuatu, pasti tidak akan lupa. Dia banyak mengurung dirinya di dalam kamar dan lebih senang membaca buku. Salah satu buku yang dia suka adalah kumpulan cerita sembilan pendekar China. Dia mengetahui cerita itu dari pendeta di kuil setempat.
Selain itu, dia juga suka Fisika dan Matematika. Setiap selesai membaca suatu hal tentang dua subyek itu, dia lantas menenggelamkan diri melakukan berbagai eksperimen. Saat itu ia berusia tujuh atau delapan tahun. Kakakku itu berbeda dengan anak yang lain, dia sangat suka membaca buku."

1 komentar:

beladirikita mengatakan...

wah.. Anda seorang Aikidoka ya...
tulisan tentang Aikido-nya bagus